ADA KISAH DITANAH RENCONG
Kaki beku tangan membiru
Langit mendung angin tak karuan
Menepis kasih medamba rindu
Seorang kakek dengan rambut putihnya berkata
“Ada kisah ditanah rencong ini”
Beratus tahun yang lalu...
Langkah demi langkah mejajaki dibawah langit biru
Tanya demi tanya tertutur dibibir pucat
Terlihat di sisi pojok kepasrahan
Ibu menangisi anak yang kelaparan
Anak menangisi hidup sebatang kara
Mengutip sisa kebahagian para penguasa
Apakah ini disebut keadilan?
Terduduk diatas tanya yang mulai membara jiwa
Ohh.. Dimana kearifan yang kau janjikan wahai penguasa?
Kata per kata dulu kau lontarkan bak hujan pun tak berani
membasahimu
Wahai penguasa!
Kaki beku ini, tangan membiru ini
Tak sanggup lagi menggenggam katamu itu
Tahun-tahun silih berganti
Deraian rahmat dan kasih-Nya
Mentari mencairkan kaki membeku ini
Cahaya menyinari tangan yang membiru
Kau hadir mengangkat tinggi para pengutip sisa kebahagiaan
ini
Awan berkumpul mengelimuti langit
Terdengar suara menyeru nama-Mu
“Allah... Allah.... Yaa Allah”
Lontaran kata lantang bak pedang menusuk raga
Keperihan dan penderitaan ini hilang
Cahaya menyinari dari ufuk timur
Lantunan ayat-Mu mulai terdengar
Tanya demi tanya mulai terjawab
Tangan membiru kini mulai ku genggam
Kearifan kini kembali bagai musim hujan digurun tandus
Penguasa kian hari bagai daun kering dimusim gugur
Tercabik-cabik oleh angin
Wahai penguasa!
Kisah ini yang ku dambakan
Kisah yang penuh kearifan
Bukan kata yang bak semut pun tak terpijak
Di tanah rencong ini
Kasih yang menepis mendamba jiwa
Kisah lampau kini tinggal sejarah
Terukir indah di kias hikayat
Aceh yang dulu menangis kini bersuka ria
Semangat pemuda rencong membara jiwa
Mengenggam kasih dengan perjuangan
Di ujung tajamnya pedang kau tancap harap
Jiwa tenang di tanah rencong tak berkesudahan
Oleh :
Nurul Syahputri Sulaiman
1305106010070
Pertanian
Juara III SELEKSIMI UNIVERSITAS SYIAH KUALA, Mei 2016